Kado Wisuda

Dila Demara
3 min readNov 17, 2023

--

Untuk Dini, yang kepadanya aku sangat berterima kasih karena Allah menghadirkanmu dihidupku untuk saling beriringan dalam jatuh bangun menjalani masa-masa perkuliahan.

Membuka laci memori tentang kita, kenanganku melayang jauh pada tahun 2019. Aku tidak tau pasti kapan awal mula kita menjalin pertemanan. Apakah karena kita selorong asrama atau justru perkenalan dimulai saat berada di kelas interdepartemen yang sama. Entahlah. Semua mengalir begitu saja. Frekuensi yang senada, obrolan yang seirama, dan jokes recehku yang dapat kamu terima. Meski hanya beradu mata, tawa kita bisa pecah tiada hentinya.

Aku teringat momen di mana kita memasuki semester dua. Kita mendapat mata kuliah interdepartemen Entomologi Umum yang salah satu tugasnya adalah mencari lima puluh serangga. Alhasil, ke manapun kita pergi pasti tak pernah lepas dari menggenggam jaring serangga yang tingginya melebihi tubuh kita. Tak heran jika kita dapat julukan dari teman-teman lain “Spongebob dengan jaring ubur-uburnya”. Akupun teringat momen di mana kita pertama kali membedah belalang. Awalnya ada perasaan takut tetapi lama-lama terbiasa juga. Kata orang-orang, PPKU adalah masa paling seru. Akupun setuju. Sampai hari ini kepingan jiwaku masih tertinggal dimasa itu.

Bak kaset yang terus diputar, hari-hari indah bersamamu dengan senang hati akan selalu kupendar berulang-ulang. Mencari serangga di Cikabayan. Curhat colongan di perpustakaan. Menggalau di Biskita. Kulineran di belakang GI. Menonton film di bioskop yang penontonnya hanya kita berdua. Kehujanan di Thamrin. Kita yang selalu lupa membawa payung. Kita yang sering (hampir) telat masuk kelas. Kita yang berseri ketika sedang jatuh cinta. Kita yang menangis tersedu kala patah hati melanda.

semhas dini.jpg

Tidak terasa aku dan kamu sudah berjalan sangat jauh. Empat tahun bukan waktu yang sebentar untuk bertumbuh juga bukan perjalanan yang mudah untuk ditempuh. Di momen wisudamu, tak ada yang ingin aku ucapkan selain kata selamat dan terima kasih. Selamat karena satu per satu dari sekian juta mimpimu terwujud. Kamu yang selalu percaya bahwa akan terbit pelangi setelah badai. Kamu yang senantiasa berkepastian bahwa selalu ada langit biru selepas kelabu. Kamu yang tak henti meraba cahaya meski belum tau letaknya ada di mana. Terima kasih telah memilih untuk tidak bersembunyi di balik lemari. Terima kasih sudah berani menjumpai pagi kendati asa seringkali hanya bersisa seujung jari.

Di surat ini, aku juga sekaligus ingin meminta maaf. Maaf jika rentang tanganku kadang tidak sampai saat luka memerihkan malam-malam panjangmu. Maaf jika telingaku sering tidak sedia menampung kesahmu. Maaf, saat kau membutuhkan sandaran, bahuku tak selalu ada. Tetapi ketahuilah, dalam kurangku untuk merangkulmu, ada Allah yang tak pernah kurang kasih sayangNya dalam memelukmu setiap waktu. KepadaNya, aku menitipkan sebaik-baik penjagaan di setiap tempat yang kamu jejak, setiap keputusan yang kamu pilih, dan setiap mimpi yang ingin kamu gapai.

Din, sebenarnya aku membenci kata sampai jumpa, juga kalimat setiap orang ada masanya. Tetapi tak ada manusia yang mampu mendekap selamanya. Apapun yang tercipta di dunia pasti bermuara pada fana. Seperti perputaran siang dan malam, setiap pertemuan selalu datang pergilirannya untuk berpisah. Dan saat giliran itu tiba, kuharap kita masih punya banyak alasan untuk mengadakan temu, entah di Bogor atau di kota lainnya. Kuharap kita masih bisa mengukir kisah yang lebih kasih dihari-hari setelahnya. Tak mengapa raga jauh dari jangkauan mata, semoga doa-doa tulus yang dirapal satu sama lain dapat mendekatkan, menghangatkan, juga menjelma nyala lilin yang menerangi gulita di tempat masing-masing kita berada nantinya.

Sampai bertemu kembali diperjumpaan kesekian dimasa depan. Sehat-sehat selalu, kita.

With love, Dila Demara

--

--

No responses yet